Pintu Terlarang merupakan film cerita seru psikologis Indonesia tahun 2009 yang ditulis dan disutradarai oleh Joko Anwar. Dirilis pada 22 Januari 2009, film ini dibintangi antara lain oleh Fachri Albar, Marsha Timothy, Ario Bayu, Otto Djauhari, Tio Pakusadewo, dan Henidar Amroe. Cerita film ini diadapasi dari novel berjudul sama karangan Sekar Ayu Asmara. Sekalipun di Indonesia dianggap kurang sukses, tetapi film ini ditanggapi positif di dunia Internasional saat perilisannya di banyak festival.
SINOPSIS
Pematung yang berada dalam puncak kariernya dalam pengeksploitasian temanya yaitu wanita hamil, Gambir (Fachri Albar) sepertinya mempunyai kehidupan yang sempurna. Selain kesuksesan, ia mempunyai seorang istri bernama Talyda (Marsha Timothy); sang ibu yang pengertian (Henidar Amroe); kawan-kawan dekatnya Rio (Otto Djauhari) dan Dandung (Ario Bayu); serta pemilik galeri yang sudah dianggap seperti ayahnya sendiri oleh Gambir, Koh Jimmy (Tio Pakusadewo).
Dalam kesuksesannya, tersembunyi kisah mengerikan didalamnya. Pertama kali Talyda menggugurkan kandungannya, dulu yang mana Gambir masih menjadi pematung biasa diberikan inspirasi, motivasi, dan sedikit paksaan oleh Talyda untuk memasukkan janin miliknya kedalam perut sebuah patung hamil. Sejak saat itu hingga menikah, Talyda membuat perjanjian kepada pemilik Klinik Aborsi untuk memberikan janin yang sudah dikeluarkan dan disimpan klinik, kemudian diambil oleh Gambir yang nantinya akan memasukkan janin itu ke dalam perut patung hamil, menurutnya, itulah sebabnya kenapa patung-patungnya bisa terlihat hidup, karena ada sesuatu yang seharusnya hidup di dalamnya. Kendati Gambir sebenarnya tidak mau, ia akhirnya mau karena paksaan Talyda yang mengetahui bakal kesuksesan Gambir sudah ada. Dari beberapa adegan, mulai terasalah atmosfer sebenarnya antara orang-orang kepada Gambir. Seperti saat Koh Jimmy memaksa Gambir untuk membuat pameran patung hamil lagi dengan mengancam akan memeberitahu isi patung sebenarnya yang dulu pernah dilihat Koh Jimmy pada patung pertama Gambir.
Kemudian di antara kehidupan Gambir yang kini mempersiapkan pamerannya lagi, Gambir mulai menemui sebuah tulisan berbunyi, “tolong saya” yang banyak ia temui disekitarnya. Hal ini membuatnya frustasi dan lama kelamaan tumbuh sesuatu yang aneh. Saat sedang berada di studio Gambir menemukan sebuah pintu dibalik lemari yang dilarang untuk dibuka oleh Talyda. Talyda menyatakan bahwa apabila pintu itu terbuka maka perasaannya menjadi hancur dan akan membuat semua hal di antara mereka menjadi musnah. Setelah di jalan mendapat tulisan yang sama, Gambir melihat tulisan “Herosase” dibawah tulisan “tolong saya” dan disinilah ia sekarang, di gedung Herosase tanpa mengetahui apa tujuan atau fungsi gedung itu dibangun. Seorang resepsionis gedung itu (Atiqah Hasiholan) memberitahunya bahwa selain anggota dilarang masuk. Setelah menunggu di luar, ia bertemu Dandung disana dan Dandungpun mengajak Gambir untuk menjadi anggota Herosase.
Ibu Mona, sang manajer Herosase menjelaskan keterangan untuk menjadi anggota dengan satu syarat, tidak boleh ada pertanyaan. Herosase dikatakan didatangi untuk mencari jawaban tanpa pertanyaan. Maka, Gambir mendapat sebuah kamar dengan pilihan channel, terungkaplah bahwa Herosase adalah tempat untuk mengetahui gerak-gerik penghuni rumah-rumah dengan memasang kamera ilegal di setiap sudut rumah-rumah tersebut. Dari sanalah ia mengetahui seorang anak kecil yang dianiaya orang tuanya, yang hadir saat beberapa hari yang lalu Gambir lihat, maka Gambirpun berusaha menolongnya dengan menonton aktivitasnya. Setelah diberitahu Dandung mengenai kematian anak kecil itu, Gambir menjadi gamang dan melalui pameran patung hamilnya yang kedua dengan tidak bahagia.
Setelah mendengar rumor di pameran secara sembunyi-sembunyi, Gambir tahu kalau anak kecil itu mungkin masih hidup. Ia segera pergi ke Herosase dan mencari tayangan anak kecil itu. Saat ketemu, Gambir melihat sang anak kecil mengambil pisau di dapur dan menggorok leher kedua orang tuanya, lalu menggorok lehernya sendiri. Gambir yang shock melihat ke menu channel dan menemukan nama Talyda Sasongko tertera disana. Gambir melihatnya dan menemukan fakta dibalik fakta yang ia tahu. Ternyata sang ibu menyuruh Talyda untuk berhubungan seks dengan teman-teman Gambir, yakni Rio dan Dandung untuk mendapatkan anak setelah tahu bahwa Talyda ternyata tidak ingin punya anak dari Gambir. Talyda juga telah merayu Koh Jimmy untuk berakting saat meyakinkan Gambir yang dulu tidak ingin membuat patung perempuan hamil lagi.
Gambirpun menyiapkan pembalasan dengan dalih mengundang semua orang terdekatnya di acara makan malam yang Hari Natal. Sebelum makan malam dimulai, Gambir menyiapkan anggur serta menuang cairan sesuatu ke dalamnya. Pada saat setelah menuang cairan itu, Talyda menghampiri Gambir. Talyda yang tidak melihat Gambir menuang sesuatu itu tidak merasa curiga dengan Gambir segera membawa gelas-gelas ke ruang makan. Pada saat makan malam, semuanya berjalan dengan lancar, tetapi kecuali Gambir, semua orang merasa tidak bisa bergerak sama sekali setelah meminum anggur yang disuguhkan Gambir. Gambir menjelaskan bahwa anggur yang mereka minum sudah dituang racun devilish pit sehingga mereka lumpuh selama sepuluh menit, tetapi masih bisa melihat dan mendengar. Memanfaatkan keadaan itu, tanpa pikir panjang Gambir mulai menyayat leher Jimmy, Rio, dan Dandung. Salah satu di antaranya bahkan matanya juga ditusuk dengan gagang gelas yang dipecahkan Gambir. Setelah itu, Gambir menenggelamkan kepala ibunya ke dalam mangkuk besar berisi sup hingga kehabisan napas. Gambir kemudian mengambil pistol dan menodongkan pistolnya kepada Talyda yang mulai sadar. Talyda berkata perihal pintu terlarang itu. Gambir langsung menembak kepala Talyda usai mendengar penjelasan dari Talyda. Gambir mendobrak masuk pintu terlarang itu. Tanpa disadarinya, latar studio dibaliknya telah berganti lorong gelap.
Gambirpun melihat seisi ruangan itu yang ternyata adalah rumah si anak kecil yang dianiaya itu. Ia melihat mayat sang ibu yang wajahnya sama dengan ibu Gambir, saat itulah Gambir sadar bahwa dunia “Gambir dan Talyda” adalah imajinasi belaka. Gambir kembali ke tempatnya yang sebenarnya, sebuah bangsal di rumah sakit jiwa. Anak kecil yang selama ini dilihatnya adalah kepingan dari masa kecil Gambir dan sebelum ia menggorok lehernya sendiri dulu, polisi datang ke rumahnya. Gambir yang hidup dalam kesendirian menjadi frustasi dan menjadi orang yang lebih baik di dunia miliknya sendiri, kabur dari dunia realita yang kejam. Hasil pikirannya menjadi pematung adalah berkat jasa seorang wartawati bernama Ranti yang memberikan buku dan majalah sebagai media imajinasi Gambir. Gambir menghadiahi Ranti sebuah posisi dalam imajinasinya, yakni sebagai Talyda. Dandung, Rio, Koh Jimmy, dan tokoh lain adalah pengurus rumah sakit jiwa tersebut, dan digunakan sebagai tokoh dalam imajinasi Gambir. Di akhir film, Gambir kembali berimajinasi sebagai seorang pastur yang menangani sebuah gereja.
Setelah kredit selesai berjalan, Ranti menelepon temannya di kantor dan pergi dari rumah sakit jiwa yang mengurung Gambir, nama rumah sakit jiwa itu adalah Herosase.