Don Haskins adalah pelatih bola basket pria yang baru menikah di Texas Western College di El Paso, Texas. Karena kekurangan sumber daya keuangan, ia berupaya merekrut pemain terbaik tanpa memandang ras untuk membentuk tim yang dapat bersaing memperebutkan kejuaraan nasional. Beberapa pemain muda yang dibawanya memiliki keterampilan, namun mereka masih belum punya bakat dalam hal kerja sama tim yang terorganisir dengan fokus pada pertahanan dan distribusi bola. Pada akhirnya, tim Texas Western Miners miliknya terdiri dari tujuh atlet kulit hitam dan lima atlet kulit putih; keseimbangan yang menimbulkan keheranan di kalangan personel universitas. Haskins menempatkan pemainnya melalui program pelatihan yang ketat, mengancam akan memecat siapa pun yang tidak bekerja sekeras yang dia minta, sambil mencoba mengintegrasikan pemainnya ke dalam satu tim.
Menyusul kemenangan awal melawan tim lokal yang biasa-biasa saja, Haskins dengan cepat menyadari bahwa dia harus memberikan lebih banyak ruang kosong kepada pemain kulit hitamnya di lapangan. Namun, semakin banyak kemenangan yang diraih timnya dengan gaya flamboyannya, yang hingga saat ini jarang terlihat di bola basket perguruan tinggi, semakin besar pula kebencian rasial yang memuncak dalam pasukannya. Hal ini berpuncak pada ancaman terhadap keluarganya sendiri, pemukulan terhadap pemain saat dalam perjalanan dan akhirnya vandalisme kamar motel timnya oleh para rasis saat mereka sedang bertanding tandang. Semakin ketakutan, tim kehilangan pertandingan terakhirnya di musim reguler setelah para pemain kulit hitam berhenti bermain dengan penuh semangat. Dengan demikian, Texas Western Miners menyelesaikan musim reguler 1966 dengan rekor 23-1, memasuki turnamen NCAA 1966 dengan peringkat kedua di negara tersebut.
